Tentang Kamu dan Rindu

0

Senja itu, hujan turun melalui titik-titik kecil yang indah. Kau memandangku dari kejauhan yang tak terlihat oleh mata siapapun, kecuali aku. Kau tiupkan kata cinta yang dibawa angin ke seberang.
Kita bertemu dalam sebuah titik. Bersitatap dalam diam yang penuh kehangatan. Ah, ya, tentu tak akan ada dingin ketika kita bersama.
Pada tatap selanjutnya, aku tahu apa yang kau tahu. Hati kita saling bicara meski mulut sama-sama terkunci. Semesta mendukung tatap mata kita yang tak pernah mendung.
Pada detik berikutnya, kau berkisah tentang apa saja.
Kau tahu, aku selalu suka dengan semua kisahmu. Bahkan, kisah remeh temehmu kuingat dengan sangat jelas. Aku mencatatnya dalam hati. Kusimpan rapat-rapat agar ikatannya tak mudah lepas.
Kau tahu, aku juga selalu suka menatapmu. Tatapan dalam setelah lamanya penantian.
Jika kau lihat dengan benar, ada sayang pada binar mataku. Kau pernah menyadarinya?
Aku tak tahu lagi bagaimana cara mengatakannya. Bahkan, sekarang aku sudah kepayahan menghitung rindu. Rasanya tak akan pernah sampai sekalipun dengan bantuanmu.
Bagaimana caraku menuntaskan rindu ini? Tolong beri tahu aku!
Kau sudah seperti candu. Datang diam-diam, merasuk secara dalam, dan menetap selamanya. Tanpa pernah kuminta, kau tak memberiku jeda. Aku gagap karenamu, tetapi rindu selalu.

Sawunggalih Utama, 29 November 2016
08.40 WIB